JAKARTA- Perdana Menteri (PM) Timor Leste, Kay Rala Xanana Gusmão, dalam diskusinya di Jakarta International Defense Dialogue (JIDD), lebih memfokuskan pada masalah kesejahteraan masyarakat dunia.
Dalam diskusinya ia lebih menegaskan masalah kesejahteraan masyarakat, karena menurutnya masih banyak garis kemiskinan di dunia ini. Hal ini ditegaskannya berdasarkan ma¬salah politik yang menurutnya memberikan dampak bagi masyarakat kecil.
Usai diskusi itu, kepada wartawan PM Xanana mengatakan pada Negara-negara besar, mulai mengurangi keuangan kementerian Pertahanan, itu didasarkan pada rasa social yang tinggi, mengingat kecelakan alam yang terjadi selama ini.
“Iha Afganistaun, lider politika sira bolu malu dehan to’o ona, ita oho malu ne’e tamba sa, tamba buat ida ita oho malu ne’e buka atu vinga, buka atu responde. Se mundu ne’e iha ona ligadu ba dehan katak mileneum foun 2015, iha diskusaun pobreza ba ambiental, enkuantu ita gasta osan bot sira ne’e hau temi iha neba dehan hau preokupa tebes, hau loron-loron akompanha rai sira bo-bo’ot ne’e koa budget, sira nia orsamentu ba defeza, sei koa hotu,” ungkapnya dalam bahasa Tetum.
Pada kesempatan ini, ia juga menerangkan mengenai dunia dengan pemikiran baru, supaya pada JIDD ini, menghindari apabila setelah sampai disini saling mengatakan persiapan untuk apa, apakah dalam hal peperangan.
“ Hau persija fo hatene ba ita katak Ita persija hanoin foun ba mundu ne’e, nebe enves ita hanoin karik katak, buat ne’e atu aumenta karik kbit ba funu, nusa maka ita la hare. mundu nia problema ne’e hau tau mos hanesan preokupasaun ida, iha nasoens unidas iha NATO, iha aleadus bo-bot sira ne’e hotu, sira iha konaba resposta ba dezastre,” terangnya.
Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhyono (SBY) pada Selasa (23/3) mengatakan, juga lebih melihat pada masalah-masalah human interest, lebih-lebih gempa yang mengakibatkan Tsunami yang terjadi di Jepang, baru-baru ini.
Selain masalah human interest, President SBY juga menegaskan masalah Climate Change (perubahan iklim) yang terjadi di dunia. Pada kesempatan ini SBY juga mengkaitkan dengan krisis financial pada Negara-negara maju sa’at ini.
Hal serupa disampaikan oleh Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro. Dalam diskusinya ia menegaskan pada masalah human interest, Penyelundupan dan juga money laundry dan lain-lain.
JIDD pada hari kedua, Kamis (24/3), PM Xanana menjadi juru bicara pertama disusul Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro, Deputy Perdana Menteri yang juga sebagai Menteri Pertahanan Singapura Teo Chee Hean.
Komandan Tertinggi F-FDTL, Mayor Jenderal Taur Matan Ruak juga mengatakan dialog ini sangat penting bagi TL karena sebagai Negara baru merdeka, TL masih membutuhkan pengalaman dari Negara-negara yang mengikuti dialog tersebut.
“Neduni ita apezar de ita nasaun foun, mas iha buat barak ke ita bele aprende husi buat sira nebe nasaun bar-barak partisipa iha ne’e juru ona I halo ona,” ungkapnya dalam bahasa Tetum.
Yang penting bagi TL adalah sebagai Negara baru harus memetik sesuatu yang baru dari Negara-negara yang menyampaikan pengalaman dalam dialog tersebut, memajukan pertahanan dan keamanan, terorganisir dan juga yang terpenting adalah kontribusi mengembangkan perdamain di dunia.
Sebagai sejarah JIDD pertama kali dilaksanakan di Jakarta, mulai dari (23-24 Maret 2011) dan dihadiri lebih dari 30 negara. Dialog ini berkaitan dengan pertahanan dan keamanan nasional, yang diorganisir oleh Kementerian Pertahanan dan Universitas Akademik Pertahanan Indonesia.
JIDD sendiri dibuka secara Langsung oleh presiden SBY, didampingi oleh PM Xanana Gusmão dan deputy yang juga sebagai menteri pertahanan Singapura, Teo Chee Hean. Delagasi TL yang mengikuti JIDD ini adalah Sekretaris Negara Urusan Pertahanan, Julio Tomas Pinto, Komandan Tertinggi F-FDTL, Mayjen Taur Matan Ruak dan sejumlah menteri lainnya. Par
Usai diskusi itu, kepada wartawan PM Xanana mengatakan pada Negara-negara besar, mulai mengurangi keuangan kementerian Pertahanan, itu didasarkan pada rasa social yang tinggi, mengingat kecelakan alam yang terjadi selama ini.
“Iha Afganistaun, lider politika sira bolu malu dehan to’o ona, ita oho malu ne’e tamba sa, tamba buat ida ita oho malu ne’e buka atu vinga, buka atu responde. Se mundu ne’e iha ona ligadu ba dehan katak mileneum foun 2015, iha diskusaun pobreza ba ambiental, enkuantu ita gasta osan bot sira ne’e hau temi iha neba dehan hau preokupa tebes, hau loron-loron akompanha rai sira bo-bo’ot ne’e koa budget, sira nia orsamentu ba defeza, sei koa hotu,” ungkapnya dalam bahasa Tetum.
Pada kesempatan ini, ia juga menerangkan mengenai dunia dengan pemikiran baru, supaya pada JIDD ini, menghindari apabila setelah sampai disini saling mengatakan persiapan untuk apa, apakah dalam hal peperangan.
“ Hau persija fo hatene ba ita katak Ita persija hanoin foun ba mundu ne’e, nebe enves ita hanoin karik katak, buat ne’e atu aumenta karik kbit ba funu, nusa maka ita la hare. mundu nia problema ne’e hau tau mos hanesan preokupasaun ida, iha nasoens unidas iha NATO, iha aleadus bo-bot sira ne’e hotu, sira iha konaba resposta ba dezastre,” terangnya.
Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhyono (SBY) pada Selasa (23/3) mengatakan, juga lebih melihat pada masalah-masalah human interest, lebih-lebih gempa yang mengakibatkan Tsunami yang terjadi di Jepang, baru-baru ini.
Selain masalah human interest, President SBY juga menegaskan masalah Climate Change (perubahan iklim) yang terjadi di dunia. Pada kesempatan ini SBY juga mengkaitkan dengan krisis financial pada Negara-negara maju sa’at ini.
Hal serupa disampaikan oleh Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro. Dalam diskusinya ia menegaskan pada masalah human interest, Penyelundupan dan juga money laundry dan lain-lain.
JIDD pada hari kedua, Kamis (24/3), PM Xanana menjadi juru bicara pertama disusul Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro, Deputy Perdana Menteri yang juga sebagai Menteri Pertahanan Singapura Teo Chee Hean.
Komandan Tertinggi F-FDTL, Mayor Jenderal Taur Matan Ruak juga mengatakan dialog ini sangat penting bagi TL karena sebagai Negara baru merdeka, TL masih membutuhkan pengalaman dari Negara-negara yang mengikuti dialog tersebut.
“Neduni ita apezar de ita nasaun foun, mas iha buat barak ke ita bele aprende husi buat sira nebe nasaun bar-barak partisipa iha ne’e juru ona I halo ona,” ungkapnya dalam bahasa Tetum.
Yang penting bagi TL adalah sebagai Negara baru harus memetik sesuatu yang baru dari Negara-negara yang menyampaikan pengalaman dalam dialog tersebut, memajukan pertahanan dan keamanan, terorganisir dan juga yang terpenting adalah kontribusi mengembangkan perdamain di dunia.
Sebagai sejarah JIDD pertama kali dilaksanakan di Jakarta, mulai dari (23-24 Maret 2011) dan dihadiri lebih dari 30 negara. Dialog ini berkaitan dengan pertahanan dan keamanan nasional, yang diorganisir oleh Kementerian Pertahanan dan Universitas Akademik Pertahanan Indonesia.
JIDD sendiri dibuka secara Langsung oleh presiden SBY, didampingi oleh PM Xanana Gusmão dan deputy yang juga sebagai menteri pertahanan Singapura, Teo Chee Hean. Delagasi TL yang mengikuti JIDD ini adalah Sekretaris Negara Urusan Pertahanan, Julio Tomas Pinto, Komandan Tertinggi F-FDTL, Mayjen Taur Matan Ruak dan sejumlah menteri lainnya. Par
Tidak ada komentar:
Posting Komentar